PENCEMARAN DAN TOKSIKOLOGI LOGAM BERAT DALAM PERAIRAN
Tanpa air, makhluk hidup akan mati. Begitulah nilai esensi air bagi manusia, hewan, dan tumbuhan. Setiap hari, kita selalu membutuhkan air. Untuk makan, minum, memasak, mencuci, dll. Karena itu yang kita konsumsi harus mempunyai standart 3B (tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak beracun).
Akan tetapi, terkadang atau mungkin sering menemukan air yang keruh, berbau, dan terkadang pula tercampur dengan bahan-bahan berlogam, plastik, zat kimia, ataupun organik. Air selalu mengalir dari daerah tinggi ke yang rendah, dan fase akhir muara air adalah sungai. Sehingga terdeteksi adanya pencemaran air sungai. Realita yang ada di masyarakat Indonesia sendiri, orang-orang pedesaan atau pinggiran kota, seringkali menggunakan air sungai, faktornya karena lebih hemat. Namun, seiring dengan perkembangan zaman, pemakaian air sungai tersebut berindikasi adanya berbagai penyakit kulit yang menyerang manusia dimana-mana. Hampir semua makhluk hidup di darat terkena akibatnya, dan menyebabkan makhluk kidup perairan menjadi mati.
Mengapa hal itu terjadi? Air sangatlah penting bagi seluruh kehidupan dan selalu dipandang sebagai barang yang sangat berharga bagi seluruh makhluk hidup di bumi, sehingga perlu dijaga, dilindungi, dan dilestarikan. Karena itu, kualitas air yang kita gunakan sangat penting untuk diperhatikan standart kesehatannya.
Suatu tatanan lingkungan hidup dapat tercemar atau menjadi rusak disebabkan oleh banyak hal. Namun yang paling utama dari sekian banyak penyebab adalah limbah. Limbah juga terdiri dari berbagai bentuk.. Pencemaran yang dapat merusak ekosistem, menghancurkan tatanan lingkungan hidup , biasanya berasal dari limbah-limbah yang sangat berbahaya dalam arti memiliki daya racun (toksisitas) yang tinggi. Limbah-limbah itu pada umumnya merupakan limbah kimia, yang meliputi logam-logam berat seperti Cu, Zn, Hg,Co.
Dalam kehidupan sehari hari, manusia tidak bisa lepas dari benda-benda yang bersifat logam yang biasanya digunakan sebai alat perlengkapan rumah tangga, seperti garpu, sendok, pisau. Namun logam perlengkapan alat rumah tangga berbeda dengan logam berat, yaitu dari pengaruh yang dihasilkan bila logam berat ini berikatan atau masuk ke dalam tubuh organisme hidup. Hal itu, tampak dari tingkat kompleksitas dan kekentalan dari badan perairannya. Penyerapan yang dilakukan partikel-partikel dan kompleks-kompleks juga bervariasi. Di dalam badan perairan tawar dan laut dipengaruhi uga oleh interaksi yang terjadi antara air dengan sedimen (endapan).
Keberadaan logam dalam perairan berasal dari sumber-sumber alamiah dan dari aktivitas yang dilakukan manusia, seperti tembaga (Cu) yang dapat masuk ke badan perairan melalui pengkompleksan partikel logam di udara karena hujan dan peristiwa erosi pada batuan mineral dalam perairan. Umumnya logam perairan dalam bentuk persenyawaan, seperti senyawa hidroksida, senyawa oksida, senyawa karbonat dan senyawa ulfida. Semua itu dapat larut dalam air yang hasilnya mempengaruhi derajat keasaman (pH) dan akan membentuk endapan dan lumpur.
Logam-logam berat yang terlarut dalam badan perairan pada konsentrasi tertentu akan berubah fungsi menjadi sumber racun bagi kehidupan perairan. Meskipun daya racun yang ditimbulkan oleh satu jenis logam berat terhadap semua biota perairan tidak sama, namun kehancuran dari satu kelompok dapat menjadikan terputusnya satu mata rantai kehidupan. Pada tingkat lanjutnya, keadaan tersebut tentu saja dapat menghancurkan satu tatanan ekosistem perairan. Factor-faktornya adalah: bentuk logam dalam air, keberadaan logam-logam lain dalam perairan, proses fisiologi yang terjadi pada setiap biota, dan kondisi biota dalam hidupnya.
Mekanisme toksisitas logam berat dalam perairan tersebut sangat mempengaruhi metabolisme tubuh, yang mana berkaitan dengan fisiologis tubuh organisme untuk dapat bertahan hidup dan berkembang biak. Dalam proses ini, semua bahan-bahan yang masuk ke dalam tuuh akan diolah untuk dapat dimanfaatkan tubuh. Metabolisme biologis dari bahan-bahan beracun merupakan fator penentu utama terhadap daya racun dari zat terkait. Melalui proses ini, bahan-bahan beracun masuk ke dalam tubuh dan akan mengalami peningkatan daya racun nya atau mengalami penurunan dari daya racun yang dimilikinya. Karena peristiwa ini, setiap zat atau material yang masuk akan diolah dan diubah menjadi bentuk-bentuk sederhana.
Senyawa yang beracun akan mengalami peristiwa sinergetis atau peningkatan daya racunnya dan bersifat inhibitor (menghalangi kerja) terhadap enzim. Ketimpangan-ketimpangan proses metabolisme tubuh terjadi , merusak seluruh kerja enzim serta gugus lemak bereaksi. Menyebabkan terganggunya proses metabolisme lemak, dan berlanjut pada terganggunya kerja hati.
Logam-logam berat pada umumya memiliki daya racun yang mematikan terhadap organisme pada kondisi yang berbeda-beda baik pada beberapa jenis biota perairan dan dalam membunuh organisme hidup. Diawali dengan proses akumulasi logam berat dalam tubuh biota akan menjadi penyebab dari kematian biota terkait meliputi keracunan akut dan keracunan kronis.
Begitu ironis, ancaman-ancaman air di dunia ini jika terabaikan akan mengancam kelangsungan hidup makhluk hidup. Perlu adanya solusi untuk mengatasi dan meminimalisir pencemaran dan toksikologi logam berat dalam perairan, yaitu:
1. Dalam perencanaan jalan- jalan lingkungan baik program pemerintah maupun swadaya masyarakat sebaiknya memilih material bahan yang menyerap air misalnya penggunaan bahan dari pavling blok (blok-blok adukan beton yang disusun dengan rongga-rongga resapan air disela-selanya).
2. Apabila di halaman pekarangan-pekarangan rumah kita masih terdapat ruang- ruang terbuka, buatlah sumur-sumur resapan air hujan sebanyak-banyaknya.
Sedangkan penanganan pada air buangan, antara lain:
1. Proses penanganan primer (membuang bahan-bahan padatan yang mengendap atau mengapung), penyaringanPengendapan (menghilangkan komponen-komponen fosfor dan padatan tersuspensi) dan pemisahan serta pemindahan endapan
2. Proses penanganan sekunder (proses dekomposisi bahan-bahan padatan secara biologi) dengan penyaringan trikel dan lumpur aktif
3. Proses penanganan tersier
o Adsorpsi (bahan-bahan organik terlarut)
o Elektrodoalisis (menurunkan konsentrasi garam-garam terlarut sampai pada konsentrasi air semula, sebelum digunakan)
o Osmosis berlawanan
o Khloranisasi (menghilangkan organisme penyebab penyakit).
Perlu adanya kesadaran dari masing-masing individu dalam menyikapi permasalahan ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar